SEGO CAWUK AS A SYMBOLIC RESISTANCE OF THE OSING BANYUWANGI COMMUNITY AGAINST THE INFLUENCE OF COLONIAL CULINARY CULTURE

Authors

  • Sahru Romadloni Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.19184/jhis.v9i1.53717

Keywords:

Sego Cawuk; Perlawanan Simbolik; Budaya Kuliner Kolonial

Abstract

Penelitian ini mengkaji sejarah Sego Cawuk sebagai simbol perlawanan budaya masyarakat Osing Banyuwangi terhadap hegemoni budaya kuliner kolonial. Latar belakang penelitian menunjukkan adanya kesenjangan kajian akademik terkait sejarah kuliner masyarakat Osing Banyuwangi, sebagian besar penelitian terdahulu lebih banyak membahas ritual budaya masyarakat Osing dan belum menyoroti sejarah kuliner lebih spesifik sebagai bentuk perlawanan simbolik terhadap budaya kuliner kolonial. Kebaruan penelitian ini terletak pada fokus mendalam terhadap Sego Cawuk sebagai simbol perlawanan budaya dan pelestarian identitas lokal. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan sejarah dan filosofi Sego Cawuk, menganalisis bentuk perlawanan terhadap pengaruh budaya kuliner kolonial, serta mengkaji transformasi Sego Cawuk menjadi wisata kuliner di Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotic reading dan triangulasi sumber melalui kajian pustaka dan wawancara mendalam pada tokoh, pemuda dan masyarakat Osing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah Sego Cawuk diperkirakan telah ada sejak pertengahan abad ke-19 ketika penggunaan lesung padi menjadi bagian penting kehidupan agraris masyarakat Osing Banyuwangi. Sego Cawuk bukan hanya kuliner tradisional, tetapi memiliki nilai sosial dan filosofi hidup masyarakat Osing Banyuwangi dengan kesederhanaan hidup, kebersamaan dan keharmonisan dengan alam. Praktik makan dengan tangan dan lesehan menjadi simbol perlawanan terhadap budaya makan kolonial yang menekankan pengguanan peralatan makan, kemewahan dan status sosial. Selain itu, transformasi Sego Cawuk menjadi objek wisata kuliner menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal sekaligus membuka peluang peningkatan ekonomi kreatif. Rekomendasikan dalam penelitian ini perlunya dukungan kebijakan dan kolaborasi berbagai pihak untuk melangsungkan tradisi ini sebagai simbol ketahanan budaya sekaligus strategi pengembangan pariwisata berbasis budaya di masa depan.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Arifah, K. A., & Saputra, M. (2024). Cultural Resilience among Indigenous Community: Exploring the Local Life of Barong Ider Bumi in the Osing Community, Banyuwangi. KnE Social Sciences. https://doi.org/10.18502/kss.v9i19.16517

Benedikta, D. (2024). Sego Cawuk, Menu Sarapan Favorit Warga Banyuwangi yang Kaya Gizi. Liputan6.Com. https://www.liputan6.com/health/read/5773892/sego-cawuk-menu-sarapan-favorit-warga-banyuwangi-yang-kaya-gizi

Hardiningtyas, P. R., & Turaeni, N. N. T. (2021). IDENTITAS BUDAYA DAN PRADOKSAL KULINER TRADISIONAL DALAM CERPEN KETIKA SAATNYA DAN KISAH-KISAH LAINNYA (Cultural Identity and Traditional Culinary Paradoxal in the Short Story Ketika Saatnya dan Kisah-Kisah Lainnya). Kandai, 17(2), 256. https://doi.org/10.26499/jk.v17i2.2811

Hazhan, L., & Andriyanto, O. D. (2021). Tradisi Tumpeng Sewu di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Online Baradha, 17(2 SE-Articles), 543–564. https://doi.org/10.26740/job.v17n2.p543-564

Istiqomah, I. (2024). Ethnomathematics Exploration in The Architecture of Osing Traditional Houses: Revealing the Application of Mathematical Principles in Banyuwangi Culture. JUPE : Jurnal Pendidikan Mandala, 9(4), 1122. https://doi.org/10.58258/jupe.v9i4.7801

Jaeni, M. (2017). SENI BUDAYA RIFA’IYAH: DARI SYI’AR AGAMA HINGGA SIMBOL PERLAWANAN (Menggali nilai-nilai seni budaya dalam Kitab Tarajumah dan Kehidupan Masyarakat Rifa’iyah). Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan, 10(1), 1. https://doi.org/10.14710/sabda.v10i1.13298

Juniarti, D. (2021). Kearifan Lokal Makanan Tradisional: Tinjauan Etnis Dan Fungsinya Dalam Masyarakat Suku Pasmah di Kaur. Bakaba, 9(2), 44–53. https://doi.org/10.22202/bakaba.2021.v9i2.4833

Kartika, A., Yanti, D., Sari, M., & Hafizi, M. Z. (2025). Transformasi Nilai Tradisi Besaprah dalam Budaya Sambas di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Sosial Indonesia, 2(3), 115–125. https://doi.org/10.62238/jupsi.v2i3.130

Lestari, D. I., Kurnia, H., & Khasanah, I. L. (2024). Menyelusuri kearifan budaya Suku Osing warisan tradisi dan keunikan identitas lokal. Deleted Journal, 1(2), 65–71. https://doi.org/10.61476/1t4v4m78

Mahfud, Tyas, M. C. A., & Yudiana, I. K. (2024). Meras Gandrung Tradition as a Cultural Strategy for the Regeneration of Gandrung Dancers in Banyuwangi: Tradisi Meras Gandrung Sebagai Strategi Budaya Untuk Regenerasi Penari Gandrung Di Banyuwangi. Santhet (Jurnal Sejarah Pendidikan Dan Humaniora), 8(1), 423–433. https://doi.org/10.36526/santhet.v8i1.3678

Makmur, D. S. (2024). PENGARUH BUDAYA EROPA TERHADAP MAKANAN INDONESIA. Jurnal Pusat Studi Sejarah Arkeologi Dan Kebudayaan (PUSAKA), 4(1), 12–20.

Manunggal, F. R. (2024). Enam Kuliner Khas Banyuwangi Resmi Diakui Kemenkumham sebagai KIK, Ini Jenis Makanannya. Radarbanyuwangi.Jawapos.Com. https://radarbanyuwangi.jawapos.com/berita-daerah/755459633/enam-kuliner-khas-banyuwangi-resmi-diakui-kemenkumham-sebagai-kik-ini-jenis-makanannya

Nurlina, W. E. S. (2020). The Names of Cooked Rice in Javanese: Ethnolinguistic Semantic Study. 773–777. https://doi.org/10.2991/ASSEHR.K.201017.170

Nurlitasari, F. P., & Ikaningtyas, D. A. A. (2022). Rijsttafel di Jawa Masa Kolonial Belanda (1900-1942). Kronik: Journal of History Education and Historiography, 6(2).

Rahmania, U. G., Handayani, R. D., & M. (2023). Analisis Bunyi pada Budaya Gedogan Masyarakat Osing Banyuwangi. JIPFRI (Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset Ilmiah), 7(2 SE-Articles), 63–71. https://doi.org/10.30599/jipfri.v7i2.920

Rukin. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif (1st ed.). Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Rusli, M. (2021). Merancang penelitian kualitatif dasar/deskriptif dan studi kasus. Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 2(1), 48–60. https://doi.org/10.55623/au.v2i1.18

Setyaningsih, R., Rahmanto, A. N., & Pawito, W. M. (2024). Food Communication to Strengthen Cultural Identity: A Case Study on Saparan Bekakak Traditions in Indonesia. EVOLUTIONARY STUDIES IN IMAGINATIVE CULTURE, 871–884. https://doi.org/10.70082/esiculture.vi.977

Subakti, A. (2019). Mengenal Pelayanan Rijsttafel Sebagai Bagian Dari Warisan Kolonial Belanda. Jurnal Sains Terapan Pariwisata, 4(2), 193–201.

Sudarto, S., Wijayanti, Y., Pramesti, C. S., & Agustina, D. D. (2024). Pengelolaan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Eco-spirituality dalam Tradisi Komunitas Adat Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Cultural Socio-Ecological System (Studi Pada Tradisi Komunitas Adat Di Tajakembang–Cilacap).

Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (2nd ed.). CV Alfabeta.

Sulistiarini, F. E. (2023). KEBUDAYAAN INDIS SEBAGAI HASIL PENGARUH KEBUDAYAAN BARAT DI INDONESIA. Krinok: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Sejarah, 2(1), 11–20. https://doi.org/10.22437/krinok.v2i1.23562

Sulistiyowati, E., Setiadi, S., & Haryono, E. (2022). Food traditions and biodiversity conservation of the Javanese Community in Gunungkidul Karst, Yogyakarta Province, Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 23(4). https://doi.org/10.13057/biodiv/d230443

Wahyuningtyas, F., Haryono, A., Luthviatin, N., Nafi, A., & Nafikadini, I. (2018). Pecel Pithik: Tradition, Culture, and Its Impact on The Socioeconomic Welfare of Osingese People in Banyuwangi. 26(1), 110–128. https://doi.org/10.19105/KARSA.V26I1.1531

Wijaya, F. A., & Sanubari, T. P. E. (2024). Negotiating “Local” Food: Eastern Part Indonesia Narratives and Perspectives. Society, 12(2), 883–893. https://doi.org/10.33019/society.v12i2.751

Wijaya, I. Z., & Rahma, A. (2022). Rijsttafel di Batavia: Kelas Sosial dan Pengaruh Eropa di Meja Makan pada Awal Abad ke-20. Socio Historica: Journal of Islamic Social History, 1(1), 1–14. https://doi.org/10.15408/sh.v1i1.25310

Downloads

Published

2025-06-30

Issue

Section

Articles